Dulu, sekitar pada tahun 2009, saya bersama teman-teman pramuka pernah berjalan kaki (pulang-pergi) dari Desa karangcempaka, Bluto menuju Saronggi, rumah Guru Pramuka, untuk mengisi SKU Pramuka.
Entah berapa kilometer jauhnya, yang saya ingat, saya menikmati perjalanan kaki itu tanpa mengeluh dan menggerutu, bahkan itu menyenangkan. Berangkat habis isya', sampai ke pondok pesantren, tengah malam. Ini tugas yang diberikan oleh organisasi pramuka di Pondok pesantren Nurul Islam Karangcempaka Bluto.
Pada tahun yang sama, 2009, saya dan teman-teman pramuka juga melaksanakan tugas pramuka yang kedua, yakni berjalan kaki dari Camplong, batas Pamekasan-Sampang menuju Bluto, Sumenep.
Entah berapa kilometer jauhnya. Saya berjalan kaki menunaikan "Perjalanan suci" sebagai anggota pramuka. Perjalanan ditempuh selama tiga hari kurang lebihnya. Saya ingat, perjalan kaki yang saya tempuh ini sangat menyenangkan, bahkan tidak ada yang mengeluh diantara kita atas perjalan kaki yang jauh ini.
Cerita jalan kaki lainnya, diluar tugas, pernah ditempuh dari Kopedi-Bluto, Cangkareman-karangcempaka, Lenteng-Bluto, Sumenep kota-Karangcempaka, Panglegur-Blumbungan, Bluto, Partelon-Karangcempaka. Inilah cerita perjalanan kaki yang menyenangkan, tak ada keluhan sedikitpun. Itulah ketangguhan jiwa dan raga sebagai manusia pramuka Pesantren Nurul Islam, Karangcempaka bluto Sumenep.
Refleksi;
Cerita jalan kaki ini bukan hanya cerita belaka, tapi jalan kaki ini "fakta" yang pernah saya alami. Jalan kaki ini bukan semata dilakukan karena keterbelakangan transportasi, tetapi perjalanan kaki ini dilakukan semata-mata untuk ketangguhan diri, kekuatan fisik agar tidak manja akan transportasi.
Perjalanan ini masih bukan apa-apa, mengingat, masih banyak orang-orang yang melakukan perjalanan kaki yang beratus kali-lipat jauhnya dari perjalanan yang saya lakukan. Search google aja fakta-faktanya.
Sekarang;
Bagaimana pandangan era ini tentang "Perjalanan Kaki" ?.
Sekitar lima bulan lalu, saya berjalan kaki dari Pelabuhan Cangkareman menuju Pondok, Karangcempaka, ini saya lakukan untuk tidak terlalu manja pada transportasi.
Sekitar dua hari lalu, saya berjalan kaki dari partigaan bluto menuju pondok karangcempaka, luar biasa sensasinya, sandal hampir putus, baju basah keringat, kaki pegal dan tubuh menjadi panas karena banyak lemak tubuh yang terbakar.
Sekarang;
"Bodoh",
Demikian ucapan kebanyakan orang saat ini, ketika melihat orang jalan kaki padahal tidak kurang transportasi sama sekali. Pada era ini.
Benarkah???
Kualitas;
Pada era kemudahan macam era ini, banyak kualitas yang timpang, meningkat pada satu sisi dan menurun pada sisi lainnya.
Rumah produksi Sandal Jepit tidak usah susah membuat sandal jepit tahan lama, karena di desain untuk pengendara motor dan mobil, dan masuk ke hotel, tidak untuk pejalan kaki. Kualitas transportasi meningkat, kualitas sandal jepit menurun.
Dulu, sandal jepit yang terbuat dari kayu lah, terbuat dari bahan berkualitaslah yang laku dipakai, karena dulu era "Jalan kaki". Kini, sandal jepit kebanyakan hanya bagus modelnya, tapi hampir rusak saat digunakan "Jalan kaki" untuk menempuh jarak jauh.
"Berkualitas pada satu sisi, tetapi tidak pada sisi lainnya. Itulah modernisme yang mengacaukan segala naturalisasi proses kemanusiaan"
Lihat;
Maraknya Copy paste karya karena meningkatnya kualitas tekhnologi. Dimana yang meningkat? Dan dimana yang menurun?. Bisa dipahami sendiri!
"Pesan; Pikirkan!"
Komentar
Posting Komentar