Aku sebut kau dengan nama,
sedangkan kau sebut aku dengan tingkah.
Aku lihat kau dengan wajah,
Sedangkan kau lihat aku dengan hati.
Aku hujat kau dengan nada kasar,
tapi kau menjawabnya dengan halus,
Aku menyombongkan diri,
tapi kau diam saja bagai air penuh dengan ketenangan.
Aku hancurkan namamu,
Aku belah jasadmu,
Aku curi bajumu,
Aku rampas hartamu,
Aku ambil makananmu,
Kau tetap diam dan tenang..
Aku heran, aku merasa bersalah,
Kau biarkan aku melakukan semua,
Justru kau buat aku tidak tenang dalam ketenanganmu,
Aneh, aku cabik otakku,
aku temukan kau dalam gelap bersama air hitam yang agak kental.
Aku bertanya,
Kau menjawab itu pena.
Aku mencurinya,
Lalu kau memenggalku dalam tulisan-tulisannmu,
murka berkelanjutan,
dosa bergelantungan,
aku menjadi pecuri pena yang bersejarah dalam ketenanganmu.
Lalu kau mendatangiku dengan diam,
lalu kau menuliskan banyak hal tentangku,
bahwa aku pencuri, bodoh dan manusia biadab.
Sekarang aku mencabik cabik tulisanmu,
tapi percuma,
tulisanmu terlalu indah,
hingga lebih banyak yang membacanya,
sejauh itu pula tulisanmu membenciku.
Lalu kau tuliskan,
" pena tak kan bisa kau curi"
Komentar
Posting Komentar