BAHASA MADURA SEBAGAI HIPNOTIS ETIKA

BAHASA MADURA MENGANDUNG HIPNOTIS ETIKA,KINI MULAI TERKIKIS
 


By ; Ongki Arista Ujang Arisandi
Prodi ; Pendidikan Bahasa Inggris


                Mengerti bahasa orang lain adalah sebuah keadilan atas diri sendiri, sebab disitu kita bisa beradaptasi sekaligus interaksi dengan langgeng di lingkungan sosial, secara langsung dekatnya interaksi kadang kitav tidak pernah menyadari bahwa bahasa itu penting, sebab bahasa kita bisa hidup dan dihidupi karena bahasa adalah salah satu bukti adanya kehidupan manusia dimuka bumi yang berdinamika budaya dan dasar keyakinan baik terhadap ilmu maupun agama, tetapi yang pasti telah diakui oleh seluruh ilmuan dan petualang lintas bahasa bahwa candela dunia adalah bahasa.
                Bagaimana dengan bahasa Madura, perkembangan, nilai yang dibangun dan nilai tawar terhadap pendidikan, budaya, agama, ataukah akhlak, dari segi sosial bahasa Madura memiliki aturan dan tingkatan yang bervariasi terhadap tingkat sosialitas dalam etika yang dianut di lingkungan Madura sendiri, sebagaimana yang telah kita rasakan bersama bahwa ada banyak tingkatan bahasa dalam bahasa Madura yang memiliki ciri khas yang membedakan dengan bahasa lain yang ada dibelahan muka bumi meski menjadi bahasa kiblat kemajuan yaitu bahasa inggris dan bahasa mandarin, secara kualitas popularitas mungkin kalah tetapi dari nilai dan hipnotis yang dikandung oleh bahasa Madura sendiri cukup tinggi dan kental yang terus mengalir sehingga menjadi adat kesopanan yang harus ditaati, contoh kita harus hati-hati berkomuniksi dengan orang lain yang lebih tinggi derajatnya dari kita seperti kita kepada Kiai,apa harus memakai bahasa “ be’en”(tingkatan pertama), “sampean”(tingkatan kedua menengah), “Ajunan”(tingkatan paling ketiga yang paling sopan) hal ini ada pemakaian tertentu yang dinilai berpengaruh terhadap rasa hormat yang dimiliki orang yang berbicara terhadap lawan bicaranya.
                Bahasa Madura juga memiliki kekuatan tinggi terhadap ketentraman sosial dan ikatan emosional yang tinggi yang mengikat setiap individu, dan hal ini dapat kita lihat secara tampak ketika melihat orang yang berbahasa menggunakan tingkatan pertama terhadap orang yang lebih tua maupun lebih tinggi derajatnya sungguh ini dikatakan orang yang tiadak tahu aturan setinggi apapun ilmu yang ia miliki, hal ini terbukti jelas di lingkungan masyarakat kita sendiri. Kita akan terasa dihormati dan dihargai apabila ada orang yang “abesah se alos”, begitulah selebihnya. Dengan cukup jelas pula kita pahami dengan kepekaan kita tentang populernya bahasa Madura di pulau jawa apalagi di jawa timur, hal ini juga patut di apresiasi oleh kita warga Madura,  setidaknya kita harus tetap menjaga dan melestarikan budaya ini yang memiliki nilai kesopanan yang tinggi.
                Dalam bahasan lain selain bahasa Madura, tiada perbedaan pengucapan kata meski kepada siapa kita berbicara semisal “you” tetap saja jadi “you”  tidak berubah kepada selain kata itu, hal ini perbedaan kontras sekali, ketika masyarakat Madura yang sudah beradat dan terbudayakan untuk mengubah tingkatan bahasa bagi lawan bicara yang lebih tinggi, merasa tidak enak dan tidak puas dan sopan bila tidak adanya tingkatan bahasa yang harus dipakai, hal ini juga jadi pemicu kesopanan terhadap orang lain bagi masyarakat Madura. Realitas sedemikian malah kita pasrah dan menyerah dan bahkan kita acuh tidak acuh.
                Tetapi sayang sekali sekarang sudah mulai terkikis dengan adanya technology yang mulai masuk dan menjadi virus terhadap kita yang bersifat jangka panjang dengan datangnya banyak penawaran global baik dari segi ekonomi, pendidikan, tekhnologi sendiri, serta budaya, sepertin adanya banyak iklan yang berbahasa inggris, alat komonunikasi yang mulai berbahasa inggris semuanya, yang lebih ironis lagi bahasa inggris sudah mulai ngebooming dikalangan kaula muda, ketika perubahan sosial budaya yang kurang baik seperti ini dibiarkan ini dampaknya akan melebar terhadap budaya Madura yang lain yang dimiliki. Dan hilangnya bahasa Madura juga akan mengiringi merosotnya budaya hormat menghormati, seakan kita merasa teriris dengan adanya para generasi yang kaadang kurang paham dan mengetahui bagaiamana berbahasa Madura yang baik dan benar.
                Indikasi penting yang juga kita dapat lihat tentang pelajaran muatan local bahasa Madura mulai berkurang secara mayoritas disekolah-sekolah diganti dengan mata pelajaran bahasa inggris di tingkatan sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama, hal ini menunjukkan bahwa perkembangan technology di era global ini sangat ber efekkan kurang baik sebaik harapan nenek moyang kita dahulu, perkembangan era kali ini lebih mengarah pada kuantitas dan dinamisasi yang ditolak pancasila, dan kurang mempertahankan kualitas yang sebenarnya menjadi target utama kita dalam mengemban amanah yang diberikan oleh para pahlawan, penggagas bahasa Madura. “ bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai(banyak bentuk) jasa pahlawan “

Komentar