Mengapa harus berorganisasi? ; Sebuah Jawaban

Organisasi merupakan wujud aktual manifesto absolut atas ketidakberdayaan manusia dalam mencipta tujuan-tujuan sosial ; Manusia yang tidak bisa bergerak menciptakan perbaikan sosial dengan dirinya, dengan pikirannya, dengan tubuh-berjiwanya, maka dengan kesadarannya, dia harus segera berorganisasi.

Organisasi dalam perspektif sosilogis, bagi saya merupakan suatu lompatan aktual yang dengan seni kesepakatannya dapat menciptakan ruang "membaharui" wujud ide/gagasan individual berwujud ide/gagasan sosial.

Ini merupakan lompatan terstruktur. Maka, peran organisasi tidak lebih sebatas ruangan dan penyedia, fasilitas, majelis, tempat duduk untuk saling membongkar sikap egoisme yang terlalu beku dalam jiwa yang individualistis.

Mengenai kesepakatan dalam organisasi bagi saya merupakan seni. Karena, memadukan otak-otak yang berbeda untuk serentak- sama, se-tujuan, se-ruang, se-gagasan- mencipta "Kesepakatan" yang itu tidak mudah. Dari ketidakmudahan dalam memadukan perbedaan pikir inilah muncul "ruang" yang mengkristalkan seni; estetika-estika khas yang terindentitaskan sebagai manusia yang berhaluan "Sosial Terorganisir".

Disinilah, manusia organisasi dianggap manusia yang cakap, berestetika, berintelektual, berjiwa sosial, berkesenian tinggi ; Menghargai pendapat, menjalin nalar, bertukar pikir dan mencipta gerakan. Tinggi ; Sebagaimana level dalam permainan game, yang semakin tinggi semakin sulit. Semakin sulit semakin tinggi level perannya.

Tahap-demi tahap, ujian waktu akan terus membombardir konsistensi dan kompetensi setiap individu (kelompok sosial) dalam organisasi. Dia yang bertahan akan semakin tinggi maqamnya dalam organisasi. Sebab ia yang bertahan dalam lompatan aktual ini akan semakin terbuka cakrawala pikirnya, semakin dalam pola pikirnya, semakin gesit lompatannya.

Disinilah, setiap manusia dituntut menghargai "pengalaman" dan "proses" sebagai jati diri insan yang berorganisasi. Lalu muncul istilah epistemik-etik yang faktis "Senior-Junior" dalam organisasi sebagai pemisah secara estetis adanya pagelaran "proses" yang diproduksi oleh waktu yang berputar ; awal dan akhir. Berurut berdasarkan catatan waktu yang tak mengulang!