Egoisme sebagai Warisan Penjajah

" Penjajah mewariskan banyak hal bagi rakyat Indonesia. Belanda adalah negara penjajah paling berpengaruh di Indonesia. Pengaruh dasyatnya tidak dapat diungkapkan, karena 350 tahun itu bukan rentetan waktu yang cukup singkat. Tiga ratus lima puluh merupakan angka yang fantastis dalam periode imperialisasi di Dunia ini "

Lalu saya menemukan satu bentuk gejala sosial yang saya rasa cukup buruk yakni ;

" Banyaknya orang-orang yang tidak mau dipimpin kecuali dirinya yang memimpin. Banyak orang yang tidak mau mendukung cita-cita penbangunan bangsa kalau bukan mereka/dia yang memimpin. Mereka menganggap bahwa pada diri merekalah seluruh kebaikan itu berada. Sehingga mereka hanya bekerja apabila dirinya yang menjadi pimpinan dan tidak mau dipimpin orang lain. Sungguh buruk sekali "

Pertanyaannya ;
Ini warisan penjajah? Atau warisan siapa?.

Kita tidak perlu berpikir untuk lebih depan dari siapapun. Karena itu sungguh tidak penting. Itu bukan harga diri. Tidak perlu mengatasnamakan harga diri, meski secara pendidikan dan pengetahuan, kita melebihi pengetahuan mereka. Banyak orang menganggap bahwa menjadi orang terdepan dan merasa lebih pantas daripada mereka karena kita sudah mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi adalah sebuah pembelaan harga diri yang perlu terpenuhi. Padahal tidak, dan bukan itu.

Harga diri adalah kondisi menerima dengan hati terbuka, membuka segala jalan, menuangkan semua ide dan gagasan untuk kebaikan kemanusiaan. Mereka yang menganggap bahwa dirinya lebih pantas memimpin daripada orang lain adalah mereka yang sejatinya tidak memiliki harga diri sama sekali.

Saya paham, kau cerdas, kau pantas, kau berkelas, tetapi selama itu kau paksakan ; kau memaksa mereka mengakui kecerdasanmu, maka itu bukan kepantasan, tapi paksaan yang mencoba melepas segala keadaan. Mari berpikir untuk bersama, bukan membentuk geng-geng berintelektual sendiri. Kita butuh berasosiasi, bukan berkompetisi. Kita melihat, mendengar satu sama lain. Bukan golongan, tapi kebersamaan.