Aku terlalu rapuh untuk memijakkan senyum,
aku terlalu kuat untuk selalu merasa bahwa
aku ada dalam ktiadaan luka,
terlalu aku dalam kterlaluan rasaku,
tersenyum dengan mata merinding,
ta’ mau jauh dan berpaling serta bohong
bahwa aku memang ya…
tiadapun aku ta’ mau berbaring dan mengalir mengikuti sungai nil yang mencampur adukku,
aku bodoh tanpa kekuatanku sbagai dominasi,
Menahanmu adlah proses senyum,
tiada hal kecuali apresiasi semata
untuk fatamorganaku
yang harus kau singkap dariku,
hidup dalam kebahgiaan separuhmu telah mnjdi nikmat terbesar dalam ksderhanaan luka tanpa pamrih
19 januari 2013
Komentar
Posting Komentar