Visi Sosialisme Indonesia

" Unggulnya SDM ; kecakapan pengetahuan dan Unggulnya teknis ; memadainya alat produksi bagi para manusia di Bumi "

Data pada tahun 2015, kurang lebih 70 % rakyat Indonesia hidup dalam usaha skala kecil dan mereka semua menekuni bidang-bidang kerja masyarakat menengah kebawah (baca; ekonomi masyarakat) . Itu artinya, masyarakat kita masih "ingin" berkompetisi untuk terhindar dari kolonialisme yang saat ini menjelma menjadi pasukan kapitalis. Jika bisa, dan jika tidak maka akan terus berjuang.

Kamus ekonom bukan hanya soal kemiskinan, kekayaan, mobilisasi investasi juga kemewahan. Tetapi juga persoalan-persoalan kausal yang asosiatif mengenai ekonomi kerakyatan yang diklaim "miskin" dan "proletar" atau "Marhaenis". Singkat persoalannya, apakah setiap kemiskinan itu persoalan kredo kemiskinan bagi bangsa? Atau asumsi strukturalis kapitalisme ?.

Membuka peluang atas studi kausal mungkin amat dibutuhkan untuk memunculkan analisa ilmiah atas ekonomi bangsa kita. Kaum sosialis indonesia telah menyodorkan beberapa konsep agungnya yang disusun atas sedikit konsep marxisme, melalui pabrik kolektif, usaha kolektif, distribusi kolektif dianggap mampu meretas jaringan kapital pada setiap sudut otak kreditor dan investor dunia di Indonesia. Pada inti persoalannya, kita tidak hanya setengah kapital, tapi totaliter menikmati kapitalisme dan kita benar-benar -tidak setengah- proletar.

Wujud nyata kapitalis versus proletar membuka ruang sepanjang-panjangnya pada krisis, terutama krisis "truth of policies " yang mungkin terjadi pada setiap bangsa, termasuk Indonesia. Kapitalis versus proletar menjadi mengemuka karena keduanya adalah dua kunci kutub segala ide ekonomi dan produktifitas bangsa. Ide ini juga menyita lahan seluas-luasnya untuk memungkinkan terjadinya kecelakaan bagi proletar oleh kapitalis. Ide kedaulatan yang dirampas dari kedaulatan dasar, dari sepetak tanah, hingga sepetak keadilan. Dari sejengkal hak hingga sejengkal kewajiban.

Sosialisme tidak cukup arti apabila hanya disempitkan sebagai proses kolektifitas kerja manusia, tetapi pula diartikan sebagai kebebasan mutlak bersosial yang dengan segala kemungkinannya tidak cukup pada persoalan kerja dan aktifitas ekonomi, tetapi juga sosialitas intelektual yang pada urutannya dapat menumbuhkan ide dan paham yang permanen, abadi, menetap menjadi pan-sosialisme.

Sekian dulu!

Komentar