Pembahasan 'Ahok' tak ubahnya rokok yang dihisap. Habis atau mati, dibakar kembali. Habis dibahas, dibahas lagi. Pembahasan 'Ahok' artinya tidak akan habis-habis.
Perlu kiranya apabila diantara kita mengajukan pertanyaan terkait hal ini. 'Pembahasan Ahok tak ubahnya rokok bagi para perokok'. Benarkah Issue Ahok menistakan agama, murni dibahas karena kita telah memeluk dan memahami agama dengan sepenuhnya dan sebenar-benarnya? Cinta pada agama sepenuhnya dan sebenar-benarnya?.
atau
Jangan-jangan kita hanya 'ikut-ikutan' membahas Ahok. Jangan-jangan kita hanya pecandu informasi 'hot', yang tiba-tiba ikut bergairah membahas ahok karena memang hobby kita suka 'Heboh'.
Saudara-saudaraku, saya berharap, kita memahami masalah Ahok dan Agama kita dengan bijaksana. Kita perlu menyikapinya dengan beragam sudut pandang dan sisi, tidak hanya sekedar membahas bagaimana Ahok menistakan agama, tapi lebih dari itu, bagaimana kita sendiri menjaga agama dengan sebaik-baiknya.
Sebagai Warga negara Kesatuan RI, tidak lebih sekedar rakyat biasa, saya berharap pula, semoga diantara kita tidak ada yang terprovokasi melakukan tindakan anarkis dengan bumbu agama kita sendiri. Kita hidup di negara kesatuan dan keberagaman yang perlu menjaga NKRI ini tetap utuh. Benar, Ahok telah menyinggung agama kita, tapi ingat, kita butuh kedamaian dan kesatuan. Kedamaian antar warga negara dan bersatu sebagai warna negara Indonesia. Jangan sampai kita terbunuh oleh nilai-nilai agama kita sendiri yang salah kita pahami maknanya.
Selain itu, saya berharap, bela agama harus murni berangkat dari pengetahuan kita tentang agama, pendalaman kita tentang agama, pengabdian kita pada agama, kesucian hati kita pada agama, pikiran kita pada agama, kecintaan kita pada agama.
Karena, tidak menutup kemungkinan issue Ahok sebagai penista agama tidak murni terarah pada pembelaan kita terhadap agama kita, Islam. Tetapi, saya takut, ada misi tersembunyi yang mungkin terjadi 'sengaja dibuat' dibalik Issue bela agama, yakni propaganda politik dalam negeri maupun asing yang dapat memporak-porandakan nilai-nilai agama Islam kita yamg rahmatan lil alamin.
Saya setuju, ahok telah menyinggung agama kita. Karena bukan hak serta kapasitas ahok, yang non muslim untuk membahas Al Maidah 51 disaat moment politik dalam konteks "memilih dan tidak memilihnya" warga di DKI terhadap pemimpin. Lebih dalam, kejadian ini perlu kita refleksikan sebagai auto-critic bagi kita masing-masing. Apakah kita tidak pernah menyinggung agama kita sendiri? Apakah kita tidak pernah menistakan agama kita sendiri?.
Saya berharap pula, semua pembelaan agama harus dimulai dari kritik yang berkesadaran dan pengetahuan tinggi kita tentang agama kita sendiri agar tidak mudah masuk perangkap "Kuda ditunggangi" atau " Propaganda Politik makan tuan".
Islam kita adalah Islam berkesadaran, berpengetahuan, berkedamaian yang mampu menggerakkan pola pikir lebih terbuka dan mendalam. Semoga kita tidak hanya membumbui, merasa panas ketika dinistakan tapi tidak menyadari 'hilang akal' atas tanggungjawab kita terhadap agama kita sendiri.
Demi NKRI, Jangan sampai terprovokasi!
Komentar
Posting Komentar