AUTO KRITIK : Fitnah dan Kesadaran

"Dunia ini penuh kutukan, masalah, konflik, fitnah dan penindasan "

Pertanyaan mendasarnya, adakah manusia yang 'diri'nya ingin dikutuk? Bermasalah? Berkonflik? Difitnah? Ditindas?. Jawabannya "Tidak ada". Atas dasar jawaban ini, saya berkesimpulan bahwa tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang tunduk dan patuh pada kuasa kutukan, fitnah, masalah, konflik, serta penindasan. Dengan ini pula, saya meyakini bahwa setiap diri kita; manusia selalu bergerak menghindar dan berusaha menyelesaikan segala hal yang menimpa diri kita masing-masing( kita cendrung tidak ingin Ber- Masalah, konflik, kutukan, fitnah, dan penindasan)

Pertanyaan selanjutnya, mengapa masih ada fitnah? Konflik? Penindasan? Kutukan? Masalah yang melanda hidup kita, padahal masing-masing kita tidak mengkehendaki adanya hal tersebut?. Mengapa itu muncul di lingkungan bahkan negara kita dalam keadaan kita tidak mengkehendakinya?. Mengapa?. Jawabannya; Karena diantara kita telah melenyapkan pikiran dan nilai-nilai manusiawi yang ada dalam diri kita. Manusiawi untuk diri sendiri dan tidak manusiawi pada orang lain.

" Pikiran dan nilai manusiawi adalah perasaan sensitive yang muncul sebagai penangkap pesan dan sisi-sisi kemanusiaan, kita dan mereka; manusia ". (Istilah peri-kemanusiaan adalah istilah berbeda tapi sama makna untuk membantu pemahaman kita tentang Pikiran dan Nilai kemanusiaan).

Apabila Perasaan sensitive; Kemanusiaan ini hilang dalam diri diantara kita, maka kita akan cenderung bertindak, berpikir dan berbicara semena-mena. Diantara kita  yang kehilangan " Sensitive feelling of Humanity" akan mudah bertindak diluar nilai-nilai manusiawi. Kita menjadi manusia jelmaan "Ego", yang memanusiakan diri sendiri tapi gagal memanusiakan orang lain.

Kita buka contoh kasus dalam bentuk pertanyaan sebagai suatu kajian dan penangguhan dalam diskusi ini;
Adakah Pencuri, yang rela barangnya dicuri?
= Maling mencuri barang orang lain, tapi tidak ingin barang-barangnya dicuri orang.
= Kita suka menyakiti orang lain, tapi diri kita sendiri tidak ingin  (bahkan marah, saat) disakiti oleh orang.

Nah, diantara kita masing-masing tidak ingin dirinya difitnah, tapi tak jarang diantara kita justru memfitnah. Diantara kita masing-masing tidak ingin ditindas, tetapi justru kita dengan kejamnya menindas. Mengapa terjadi? Karena "Ego; pandangan manusia tentang Pikiran dan Nilai kemanusiaan (Sensitive feelling of Humanity)" terpecah. Pendeknya, ini disebabkan oleh konsep individualisme yang memenjarakan diri manusia pada " Ego: benar bagi kita, tidak peduli bagaimana bagi mereka".

Pada kondisi yang terpenjarakan, terbelenggu, terjebak karena diri sendiri, maka setiap analisa kebenaran perlu diragukan. Kebenaran sesuatu atas manusia yang terpenjarakan hanya pantas menjadi "pendapat" dan tidak perlu diabsahkan menjadi suatu "kebanaran yang obyektif". Karena setiap Ego; cara pandang, menihilkan dalam memproduksi kebenaran tunggal.

" Ego; cara pandang, yang terpenjarakan oleh Ego itu sendiri. Terkekang oleh Ego itu sendiri akan mandul dalam setiap gerak dan kemungkinannya untuk berbicara kebenaran".

Kebenaran konstruktif, objektif telah lenyap pada setiap Ego yang terpenjarakan oleh kepuasan dan nafsu pembenaran Ego itu sendiri. Pendeknya, kebenaran objektif tidak perlu dipaksakan, karena objektivitasnya akan bergerak sendiri membenarkan adanya kebenaran tanpa dipaksakan. Karena Penjara Ego adalah penjara yang terus mendorong kebenaran untuk dipaksakan. Objektivitas kebenaran selalu menampilkan sikap anti subjektivitasnya. Ego: cara pandang paling dekat dengan Subjektivitas.

Maka karena analisa ini, saya menganggap bahwa setiap fatwa, kebijakan, wewenang, keputusan, metode, kebenaran yang lahir dari Ego yang terpenjarakan hanya sebatas pendapat yang menetap sebagai pendapat "Ego itu sendiri" yang tidak berhak menampilkan adi kuasa kebenaran.

Penjara Ego ada pada Individualism, anti sosialis, anti-marxis, anti komunis, anti organisasi. Pada konteks tertentu, ini masih kontroversial, namun pada konteks tertentu pula, ini akan lebih agung melahirkan analisanya.

Kesimpulan;
Manusia Modern (cendrung, Ego; Terpenjara) tidak memiliki kebenaran objektif, semua hanya pendapat, hanya puisi manja tanpa bapak dan ibu, hanya bualan. Maka dari itu, kita perlu saling menghargai, diantara kita tidak ada yang mutlak benar. Kita hanya mencari jalan masing-masing untuk menjumpai kebenaran.

Hilangnya perasaan sensitive atas nilai kemanusiaan adalah pintu terbuka, dimana setiap manusia pada kemungkinannya akan memenjarakan dirinya sendiri. Penjara Ego; Penjara cara pandang.

Selamat berpikir!

Komentar