REVOLUSI TEKHNOLOGI MENUJU REVOLUSI MENTAL
Oleh ; Ongki Arista. U.A
Status Tulisan ; Bukan menjiplak atau mengkopi paste dari laptop. Tulisan ini murni ditulis dari Gadget Samsung galaxy J2 yang kemudian di edit melalui laptop.
Ketua BEM Fak. Tarbiyah 2014-2015 STAIN Pamekasan. Alumni Pondok Pesantren Nurul Islam Karangcempaka Bluto-Sumenep.
“Media sosial adalah lokus yang dibangun melalui revolusi tekhnologi. Media sosial ini tentu menjadi lingkungan baru, sekolah baru, ruang diskusi baru, pola silaturrahim baru hingga membentuk budaya baru bagi manusia di abad ini. Pembaharuan semacam ini di klaim sebagai dunia baru yang bersifat maya sebab Media sosial ini merupakan proses interaksi sosial yang dapat diakses melalui jaringan internet dan tidak melibatkan kontak tubuh secara langsung. Motif dunia maya semacam ini telah mengusik bahkan mendistorsi budaya-budaya yang telah ada sebelumnya di dunia nyata. Jelas ini sebuah Aklamasi dan Revolusi besar yang mulai menerpa kenyataan-kenyataan yang telah ada sebelum dunia maya ini dicipatakan oleh Revolusi tekhnologi "
Media sosial juga diartikan sebagai alat berinteraksi sosial terutama sebagai alat komunikasi. Keberadaan alat sebagai media ini muncul diakibatkan tidak terjangkaunya tempat maupun waktu ketika hendak menjalin interaksi komunikasi, sehingga media sejatinya hanya perlu difungsikan sebagai alat yang tidak melebihi pengertian sebagai alat itu sendiri. Banyak sisi yang perlu kita analisa prihal kemajuan tekhnologi yang begitu pesat di dunia ini. Ketidakterbatasan tempat dan waktu kini tidak menjadi masalah lagi disebabkan media-media digital saat ini seperti Handphone, Radio, Telivisi mampu memudahkan manusia untuk menjalin hubungan sosial.
Pertama, Konstruksi Revolusi tekhnologi memberikan konsep kemudahan bagi manusia baik prihal kecepatan, jarak, beban dan kecanggihan. Revolusi Tekhnologi membuka jutaan pintu baru yang siap membantu manusia memasuki jutaan ruang baru di dunia ini. Manusia bisa memilih tanpa batas, apa yang hendak ia lakukan, terutama berkaitan dengan transaksi jual beli online, komunikasi online, belajar online, diskusi online, silaturrahim online dan semua yang berkaitan dengan akses online internet hingga pembunuhan karakter dan pembodohan online-pun terjadi. Kita tinggal klik saja, termasuk mencari informasi, GOOGLE dan YOUTUBE telah menyiapkan semuanya. Masih banyak lagi fitur-fitur canggih yang tak dapat diterka akal kita dan iti cukup mengejutkan.
Kemudahan ini tentu membawa manusia melupakan masa lalu, dimana pada zaman dulu ( Zona Sulit - Difficult and struggle Zone ) tidak ada alat-alat secanggih sekarang. Tentu, terbawanya manusia pada arus Revolusi tekhnologi canggih dan serba mudah ini membuat manusia kecanduan tekhnologi, pendeknya, mereka mulai tidak bisa jauh dari hal-hal canggih, mudah dan cepat dalam kehidupan era ini, terutama dari Gadget. Kita tidak bisa Long Distance Relationship dengan Gadget kita.
Sesungguhnya, ini merupakan kabar gembira bagi dunia dengan adanya Revolusi tekhnologi. Segala hal dapat kita lakukan dengan " KLIK " saja, bahkan Al-Qur'an pun sudah bisa kita install di Gadget kita dengan mudah. Sungguh semuanya mudah sekali. Kita tinggal siapkan layanan data Internet kita lalu kita bisa " Sentuh " apa yang kita inginkan.
Kedua, Revolusi tekhnologi menuntut waktu bergerak menuntun manusia, selalu ada pembaharuan-pembaharuan yang muncul ditengah gerak-gerik manusia, bahkan tiap tahun selalu ada alat baru yang mengundang otak kita untuk selalu mencoba. Pembaharuan Gadget, Komputer, Alat Transportasi, Aplikasi, Alat masak, Kesehatan, Olahraga, Kosmetik, Layanan Kesehatan, Jasa pengiriman. Hampir semua hal yang ada dilingkungan kita terkait tekhnologi selalu diperbaharui. Konsepsi perubahan dan pembaharuan semacam ini mampu menggiring issue kemanusian yang selalu haus dengan pembaharuan-pembaharuan. Hal-hal sakral dianggap kuno dan perlu diperbarui, sehingga buku dan kitab klasik dianggap tidak relevan atau up to date apabila belum diperbaharui. Kata yang sering muncul dilingkungan sosial kita “yang penting ganti”.
Jika kita sejenak melihat laju pembaharuan ini, tentu kita dapat melihat bahwa ada Mesin Waktu yang seakan menuntut alat-alat pelengkap hidup manusia harus diperbaharui sedemikian rupa. Efeknya, kita mulai memakan konstruksi ini, selalu ingin baru dan baru lagi. Sehingga mental kita dikonstruk oleh waktu dan revolusi tekhnologi yang terus diperbaharui. Ide semacam ini akan terus berjalan, hingga manusia pada beberapa tahun yang akan datang tidak lagi berbicara Up to qualities (kualitas-kualitas) sebab mereka telah mengkonsumsi Up to update. Inilah yang juga menjadi sebagian factor atas menurunnya spiritualitas Agama Islam yang sacral. Inilah penampakan Gloabilasi yang menggoncangkan Agama.
Ketiga, Revolusi tekhnologi semakin menyempitkan segalanya. Kata sempit dalam bahasa saya dikhususkan pada persepsi fiktif (Khayal dan maya). Kita bisa saja mengatakan bahwa Eropa itu sempit dan dekat sebab dalam hitungan detik, kita bisa menjelajahi City, Mall, Tourism, Buildings, Manufacturers,. Namun, disadari atau tidak, itu hanya persepsi fiktif dan itu cukup sempit.
Penyempitan ini tentu dapat melahirkan persepsi arus pendek dan kecil. Dulu, kita berbondong-bondong untuk pergi kerumah saudara pada hari raya Idul Ffitri dan Idul Adha bahkan keluarga kita memiliki agenda silaturrahim tiap satu bulan sekali. Namun kini kita hanya mencukupkan lewat telpon dan pesan pendek serta singkat saja. Mengundang seseorang untuk menghadiri acara dirumah kita-pun, kita cukupkan melalui Undangan Tulisan, SMS dan Telpon. Padahal, hal demikian ini berpotensi besar menciptakan kesenjangan sosial bagi masyarakat. Selain itu, Revolusi tekhnologi menyempitkan nuansa kultural kita pada masa silam dengan kutukan waktu dan kemudahan. Sempit untuk bergerak lebih luas lagi.
Keempat, Revolusi tekhnologi sebagai pengantar Rekayasa sosial. Selain itu, Revolusi tekhnologi ini mengantarkan sikap individualistis. Kita semakin melebarkan sayap privasi. Hantu kesepian mungkin adalah hantu paling menakutkan di dunia yang serba digital & tekhnologi ini. Akses satu tidak dapat dicapai, kita bisa berlari pada akses dua dan begitu seterusnya. Mudah, cepat dan canggih. Apabila kita tergiur meniru pola pikir Gadgets ini, mungkin kita berpikir bagaimana cara mudah dan cepat untuk menjadi canggih. STOP IT !. Hidup kita tidak selalu dikejar waktu. Kita yang mengatur waktu.
Sikap Individualistis ini mungkin lebih sederhana diartikan merasa bahwa Teknologi adalah manusia kedua dalam konsep "zoon politican". Padahal, teknologi yang kita gunakan pada detik ini, hanya sebatas alat atau bahan penyambung pada tujuan dan keinginan. Alurnya " Manusia- Alat - Manusia atau Manusia- Alat - Keinginan atau Tujuan ". Komposisi ini sejatinya melekatkan persepsi bahwa tekhnologi bukanlah benda hidup yang menyerupai manusia ( Bukan mata rantai kemanusian ; terutama prihal sakralitas moral ). Pada konteks yang proporsional, kita mungkin memilih berhenti mencangkul saat ada orang didepan kita mengajak berbicara dan kita memilih memainkan Handphone/ Gadget saat ada orang lain sedang berbicara di depan kita. Mungkin Intensitas keduanya berbeda, tapi pada contoh ini saya ingin menegaskan perbedaan penghargaan kita pada manusia dan alat yang saat itu kita pakai dalam dua konteks tersebut. Sikap individualistis juga akan turut mengantarkan “krisis interaksi” kedepan pintu gerbang goncangan mental masyarakat.
Kelima, Revolusi tekhnologi adalah kesibukan baru manusia. Ada satu konsep dalam benak saya yang tidak dapat saya lupakan hingga saat ini yakni
" Segala hal yang ada, pada mulanya selalu melahirkan penampakan kondisi, fungsi, definisi dan hukum pertama untuk menjadi atau dijadikan sebuah rujukan definisi selanjutanya "
( Baca. Pemikir Sederhana- Unpublished)
Pada dasarnya, Alat atau tekhnologi adalah pelengkap manusia yang mampu bergerak lebih cepat, tepat, meluas. Pendeknya, semua alat tekhnologi adalah pembantu bagi manusia untuk mengifisiensi dan mengefektifitaskan sebuah pekerjaan sehingga manusia dapat terhindar dari kesibukan “Terburu-buru seakan dikejar waktu”.
Cukup sederhana, pada hakikatnya tekhnologi tidak mampu melebihi kecepatan waktu, sehingga alat dan tekhnologi apapun yang kita gunakan, tetap saja kita akan sibuk bersama pekerjaan dan tekhnologi tersebut. Semakin banyak alat dan berkas yang kita lakukan, maka kita akan semakin sibuk. Tentu, Gadget adalah kesibukan baru nomor satu pada era Revolusi tekhnologi ini.
Kemudahan adalah Doktrin Modern yang menyesatkan mental. Merapuhkan semangat perjuangan yang didalamnya terdapat kesulitan dan kesabaran. Proses panjang adalah batu pijakan paling menaklukkan kesesatan bagi arah ketahanan mental manusia. Prinsip mudah, cepat dan canggih hanyalah untuk tekhnologi yang tidak dapat kita jadikan presidium sidang intelektual dan mental. Ada kebenaran yang telah terinjak karena pembaharuan-pembaharuan yakni konsistensi kualitas pada kebenaran " Quality of the truth ". Dunia ini tidak sempit sesempit globe, Silahkan pelajari penjelajahan tokoh-tokoh dunia seperti Nicolaus Copernicus, Fernando de Magelhaens, Neil Alden Armstrong dan Christopher Columbus. Manusia tidak akan meringkarnasi pada Tekhnologi. Ini goncangan mental. Manusia tetap butuh manusia yang lain. Revolusi mental ini tidak akan terjadi manakala masyarakat memahami betapa dampak Revolusi tekhnologi ini melahirkan banyak aspek “mematikan” kesadaran bersosial. Menelaah, mempelajari dan mengatur adalah kunci untuk menhindari goncangan mental masyarakat Indonesia.
“Seseorang dikatakan tidak sibuk apabila tidak menyentuh alat-alat tekhnologi”
Komentar
Posting Komentar