Puisi Tepian Maut

                                  TEPIAN MAUT

                             Oleh: Ongki Arista U.A

Ruh dalam kerinduan,

biarkan raga tak inginkan roh lepas darinya.

Meski kadang logika melampau batas batasnya dan raga remuk atas siksa-siksa ruh dan logikanya

Aku tau, raga ini hanya tempat dimana ruh dititipkan Oleh Sang Yang Maha Kuasa dan akan bertemu titik dimana ruh dikembalikan oleh ketetapanNya.

Umur melantunkan,

betapa waktu ini kian menggrogoti nyawa, tawa, takwa.

Kesempatan semakin berkurang,

Tawa mulai menghilang,

Takwapun akan semakin pudar,

Jikalau kita sebagai sang penguasa ruh dan raga tak mampu mengaturnya dalam barisan kitab dan sabda sang kuasa.

Waktu bagai tempat dimana manusia mencabik masa lalu, lalu menitipkannya pada sejarah.

Jam sebagai tanda terkecil dalam pristiwa kedisiplinan atau kemaksiatan hidup manusia.

Hari merupakan kumpulan dari jam itu sendiri.

Minggu sebagai pekan dari kalender harian,

Bulan hingga Tahun,

hingga sampailah manusia pada kematian yang tak terhitung oleh waktu.

Pengetahuan manusia tentang umur tak sepandai logika menerkam.

Pengetahuan manusia  tentang umur tak sepandai lilin berada dalam kegelapan.

Pengetahuan manusia tentang umur tak sepandai sepeda menghisap bensin tuk terus berjalan.

Pengetahuan manusia tentang umur tak sepandai perut mendendam.

Aku hanya tahu satu hal bahwa " Ruh Adalah Titipan Dalam Kajian Logika Ketuhanan Yang Misterius".

Lalu perayaan berhala ulang tahun berulang dikomandankan hingga lalai akan maut yang mengintai lalu fokus pada koreksi tahunan saja.

Bukankah Abu bakar pernah berkata " tidak ada hari yg lebih baik, kecuali hari dimana kita kembali pada jalanNya"

Bukan Lailatul Qadr, bukan ramadhan, bukan syakban, bukan pula muharram, tapi semua kembali pada prinsip dan komitmen luhur manusia membangun ruh titipanNya.

Ya Tuhan!

Jika perahu harus dengan Layar agar tak karam,

Maka hambamu harus dengan apa agar tak jahannam.

Jika pohon jati harus menggugurkan banyak daun untuk mempertahankan hidupnya,

Maka hambamu harus hidup dengan apa agar tak bergelantungan dalam daftar daftar hitam dan dosa-dosa krisis keimanan.

Kutitipkan umur pada waktu, sesekali tak kan pernah ada henti didalamnya,

Biarkan ada belati Tuhan di balik malaikatNya untuk kembali menyambut lahirnya kematian manusia.

Lirih tak terdengar, bisikan maut kian menepi dalam jantung-jantung manusia tanpa cinta. Luapan air mata keluarga akan senantiasa mengalir sebagaimana air laut yang tak pernah menyembuhkan dahaga.

Lupa dan lupa, jangan rekayasa kematian menjadi cerita sang pemimpi.

Ulang Tahun adalah strategy takdir Tuhan dimana malaikat maut telah menepi pada diri Manusia.

Komentar