SELFIE
“Sebagai kesalahan Kecil yang dibanggakan begitu Besar”
“Pengaruh modernisasi sangat pelan dan telaten, sedikit-demi sedikit menggeser peradaban dan budaya manusia di dunia. Jika kita menyepelehkannya maka suatu saat kita akan mengkawatirkannya sebagai sebuah hambatan besar dalam kehidupan manusia”
Dulu, satu foto saja, sangat berharga bagi kehidupan kita. Jarang sekali ada orang yang berani minta foto, kecuali model dan bintang film. Lah, sekarang, foto itu rutinitas. Rutinitas menfoto diri sendiri ini disebut selfie. Selfie itu mendekati self dan selfish yang dekat artinya dengan diri yang egois dan ceroboh. Jadi selfie terkadang mendekatkan kita pada hal ceroboh, tentu tanpa kita sadari. Terutama selfie kaum hawa yang nekat buka-bukaan, apalagi niat dipamerin. Justru hal itu dosa karena telah membuka aurat.
Saat ini, hampir semua hal menjadi agak kabur atau tidak jelas dan samar, ini bahaya.
Sekarang sudah marak-maraknya manusia yang mencari popularitas. Ajang pencarian popularitas ini memanfaatkan akun di media sosial, entah melalui Facebook, Fanspage, Twitter, Instagram, BBM dan akun medsos lainnya. bagi saya, popularitas itu paling dekat pada sifat buruk berupa ; pamer, riya' dan sombong. Mungkin agak samar, antara popularitas dan sifat riya'(minta dipuji).
Ketika kata riya' dekat dengan kata popularitas, maka pengertian riya' dan substansinya menjadi hilang, lalu popularitas menjadi pembebas dari kata riya', sehingga dosa-dosa karena ketidakikhlasan menjadi hilang berganti " Pencitraan Diri Di Media Masa Serupa Foto Selfie" atau foto ceroboh sebagaimana pengertian saya diatas. Ini hampir terjadi di segala hal dalam pemerintahan kita. Lalu bagaimana dengan foto selfie?. Selfie itu tidak ada dalam kamus, baik kamus kata dalam KBBI maupun dalam bahasa inggris. Hanya ada kata self : diri sendiri dan selfish ; berlebihan ". Selfie ini menfoto diri sendiri yang berlebihan”. Padahal apapun yang berlebihan itu tidak baik atau lebih dikenal lebay.
Dulu, tidak ada yang mau menfoto diri sendiri, bahkan malu liat kamera, karena mereka menganggap bahwa dirinya jelek. Sekarang, justru berbalik jutaan drajat. Semuanya menjadi model, entah mengapa sampai begini, apa mungkin ada gesekan ide yang membuat manusia saat ini berparadigma " kita itu cantik dan ganteng ". Bukankah itu bagian dari hal yang berlebihan. Jika itu berlebihan, maka itu mendekati kata selfish. Maka selfie mendekati hal buruk dalam kehidupan manusia. Dulu, orang-orang menghargai sebuah foto. Karena kebanyakan orang yang ada di foto adalah orang-orang berwibawa, keramat, kekasih, sebab berfoto itu bukan karena trend, tapi karena tuntutan kedudukan dan identitas. Saat ini, jika kita lihat, ratusan foto tiap hari dihasilkan oleh orang yang sama. Kira-kira, apa kedudukan dan identitas mereka?
Sebenarnya kalau kita menelaah, popularitas hampir sama dengan pasaran.
Saat wajah kita dibilang pasaran, kita marah. Tapi saat dibilang wajah kita populer, malah kita senang. Apakah tidak membingungkan? Sedangkan pasaran dan popularitas itu sama-sama persoalan banyaknya orang yang tau pada kita. Sangat samar dan rapi. Popularitas saat ini yang paling ngetop melalui akun instagram yang memang dirancang untuk upload self picture. Justru ini kurang etis, sebab selfie mengurangi karismatik kita, apalagi hanya sekedar eksistensi, pncitraan, mode, style, up date. Sungguh memalukan apalagi figur kita justru selfie tanpa berkaitan dengan kedudukan dan identitas serta situasi yang dibutuhkan. Mungkin, saat ini, Orang yang tidak punya banyak foto itu, lebih berwibawa dari kita yang tiap hari menghapus foto jelek dan menyimpan foto bagus.
Komentar
Posting Komentar