Rasulullah SAW Sang Politikus Cerdik

                   SEJARAH KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW (FATHU MAKKAH)

“ Dan Katakanlah : Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap “. Sesungguhnya yang bathil adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Sejarah tentang perjalanan Nabi Muhammad tidak pernah lepas dalam tuntunan serta liputan Al-Qur’an sehingga berbuah Hadits. Hadits, yang memang merupakan darinya, dengan tuntunan Allah semua datang untuk dirisalahkan kepada umatnya. Nabi Muhammad merupakan sosok sempurna dalam kajian kemanusiaan, sikap dan sifatnya adalah contoh bagi seluruh umat manusia, Rahmat bagi seluruh alam. Ucapan dan tingkah lakunya serta diamnya merupakan tanda kemuliaan, Jiwa dan tubuhnya adalah dambaan para umatnya.

            Satu analisa mengenai struktur dan tubuh manusia, Nabi Muhammad masih dalam kategori manusia biasa yang memiliki kebiasaan dan kebutuhan yang sama seperti kita, makan, tidur, minum air, sakit serta aktivitas fisik lainnya yang beliu lakukan. Ini menjadi cerminan sederhana bagaimana Muhammad yang hanya manusia biasa lalu diangkat sebagai Nabi tidak dipandang dari sisi Kenabiaanya melainkan dipandang dari sisi kemanusiaannya, sehingga tercipta ibrah dalam hukum-hukum sosial antara umat manusia yang menjadikan Muhammd sebagai uswah dan rahmat bagi seluruh Alam sehingga tidak ada dalih bagi kita manusia untuk tidak menjadikan Muhammad sebagai contoh yang baik.

            Sebagai seorang manusia biasa yang kemudiaan diangkat menjadi seorang utusan yang mulia, maka Muhammad tidak pernah lepas dari proses dakwah(Penyiaran Agama Islam), serta penyampaian visi misi Ketuhanan dan kemanusiaan yang datang dari Allah SWT. Tugas ke Rasulannya menjadi tanggungjawab besar baginya yang tidak pernah dapat digantikan oleh apapun di dunia ini. Kecintaan Nabi kepada Allah meliputi upaya-upaya penyebaran Agama Islam melalui dakwah dari tempat ke tempat merupakan bukti nyata betapa Muhammad merupakan pejuang Islam yang pantas dijadikan sebagai Uswah hasanah bagi umat Islam era ini.

            Perjalanan Dakwah Rasulullah yang amat penting dikaji adalah proses penaklukan kota mekkah. Jika kita memahami satu pristiwa yang kita kenal fathu makkah yang terjadi pada tanggal 10 Ramadhan 8 H, ini merupakan pristiwa penting yang secara fungsional sebagai upaya ekspansi keagamaan melalui penegasan-penegasan idealisme islam atas kesucian kota mekkah yang sterill dari segala kegiatan menyekutukan Allah sehingga akan berujung sebagai pintu menuju rahmatan lil alamin (Perbaikan bagi seluruh alam).

            Dalam pristiwa fathu mekkah ini, Rasulullah menunjukkan Kerasulannya dengan sikap tangkas (Pengetahuan metafisika Rasulullah) yang dimiliki beliau dalam mengetahui sesuatu diluar ruang dan waktu yang terbatas. Jika kita amati pada pristiwa fathu makkah ini rasulullah mengetahui adanya surat pemberitahuan yang dikirimkan oleh salah satu sahabat yang ikut perang badar kepada familinya di makkah melalui seorang wanita mengenai serangan dan strategy pengepungan kota mekkah oleh pasukan Rasulullah. Sejatinya pristiwa ini merupakan totonan yang dapat dijadikan pengokohan bahwa Do’a Muhammad “Ya Allah, tutuplah mata-mata Quraisy agar mereka tidak melihatku kecuali secara tiba-tiba” kepada Allah berbuah wahyu dan tuntunan Allah menuju keberhasilan penaklukan mekkah.

            Fathu mekkah merupakan peristiwa dimana terdapat banyak hikmah bagi proses Dakwah Rasulullah SAW serta bagi seluruh alam, semisal banyaknya punggawa Quraisy yang masuk ke dalam Agama Islam seperti Abu Sofyan serta berbaiatnya masyarakat quraisy di mekkah ke dalam Agama Muhammad. Masuknya Abu Sofyan kedalam barisan Muhammad merupakan salah satu hikmah dan rahmat atas penaklukan mekkah sehingga mekkah terbebas dari berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang qurasiy sehingga kemudian sebagai langkah diplomasi, Rasulullah bersabda “Barang siapa yang memasuki rumah abu sofyan maka ia aman, barang siapa yang memasuki masjidil haram maka ia aman, dan barang siapa yang memasuki dan menutup pintu rumahnya maka ia juga aman”. Makna yang terselip dalam sabda ini lebih mengarah kepada respon golongan quraisy di mekkah atas statement diplomatis yang disampaikan oleh Rasulullah, sehingga tidak ada perlawanan apapun kecuali bertambahnya umat Islam pada fathu mekkah tersebut.

             Nabi Muhammad merupakan utusan sempurna yang kemuliaannya tiada duanya. Kesempurnaannya tampak sebagai satu sosok pemimpin spiritual dan politik yang genius dalam menjalankan visi misi Islam, khususnya dalam penaklukan mekah, baik itu dalam pembagian sayap perang dan strategi pengepungan diam-diam atas bangsa quraisy di mekkah dengan membawa sepuluh ribu pasukan perang sehingga tidak ada sedikitpun perlawanan atas pasukan Rasulullah dalam pristiwa penyucian mekkah – hakikat fathu mekkah- dari paham paganisme jahiliyah. Visi misi Islam tidak pernah terlepas dalam persoalan ketuhanan berupa peng Esa-an Allah dan visi misi kemanusiaan berupa etika sosial semisal baiat Rasulullah kepada umat yang baru masuk islam di mekkah dengan memerintahkan untuk tidak mencuri, berzina, membunuh, berdusta, sehingga berlanjut pada larangan rasul berupa larangan menumpahkan darah, mencabut tumbuh-tumbuhan, menebang pepohonan,memotong rumput dan membawa binatang buruan dari mekkah.

            Sifat dan sikap rasulullah sangatlah ideal bagi umat untuk ditauladani. Sebelum rasulullah memasuki kota mekkah dalam penalukan mekkah, satu prisip yang dipegang beliau yaitu Rasulullah tidak akan menyerang apabila tidak diserang, hatinya lembut dan penyabar, penuh pertimbangan matang serta toleran. Sifat toleran Rasulullah ini dapat dilihat ketika beliau memberikan ampunan pada Habbar bin Al Aswad yang telah menarik zainab putri Nabi dari kuda sehingga jatuh dan keguguran, juga ketika Nabi memberikan ma’af kepada Wasyi yang telah membunuh pamanya sendiri Hamzah. Tauladan semacam inilah yang meluluhkan para musuh Nabi Muhammad sehingga masuk dan menjadi pemeluk Islam yang toleran dan tidak menggunakan otak keras dalam menjalankan visi misi keislamannya.

            Tauladan ini dapat kita artikan bahwa pola kepemiminan nabi menuju kemaslahatan umat sehingga Islam menjadi agama yang penuh rahmat bagi seluruh alam terletak pada strategi yang sangat halus dan persuasive, cacian dibalas senyuman, ludah dibalas dengan maaf, sehingga potret ini sangatlah menjinakkan keyakinan-keyakinan liar masa jahiliyah. Propaganda Islam Rasulullah dalam proses penaklukan mekkah ini dapat dijadikan sebagai ibrah menuju konstruksi baru berupa konstelasi kemenangan kontekstual sebagai mana Allah telah janjikan kepada Nabi Muhammad serta orang-orang yang sungguh-sungguh berjuang atas jalan yang baik atas Agama Islam.


(Refleksi Penulis)

Dalam diri manusia terdapat cahaya penerang yang mampu melahirkan ketertariakan pada orang lain, dan akan timbul pancaran-pancara cahaya itu melalui ucapan, perbuatan, dan yang lebih penting adalah pikiran dan karayanya sehingga tanggung jawab Ahli Ilmu sebagai penyejuk yang bijaksana atas kaum kegelapan yang dahaga akan mata air pengetahuan rahmatan lil alamin

Dalam satu referensi “Tokoh-tokoh yang diabadikan dalam Al-Qur’an” dijelaskan mengenai sosok Nabi Muhammad atas penunjukkan Abu bakar yang sering kali dijadikan sebagai pengganti beliu dalam shalat shubuh, menemani beliau di Gua, dll. Dijelaskan bahwa kemampuan Rasulullah SAW yang tidak dapat dibantahkan oleh siapapun adalah kemampuannya dalam memprediksi perodisasi zaman setelahnya bahkan sampai hari ini salah satu buktinya berupa Hadits yang menjadi Pusaka dan Cahaya kegelapan Islam.

Ongki Arista.U. A 

Komentar