Hubungan Agama Filsafat Dan Keindahan
A.Pengertian Filsafat
Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya. Karena itu titik tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis. Tinjauan secara etimologis adalah membahas sesuatu istilah atau kata dari segi asal-usul kata itu.
1.Dari segi etimologi
Istilah filsafat dalam bahasa indonesia memiliki padam kata falsafah (arab), philosophy (inggris), philosophia (latin) dan philosophie (jerman, belanda dan perancis). Semua istilah itu bersumber pada istilah yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan.
Ada dua arti secara etimologi yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan Sophia, artinya adalah teman kebijaksanaan[1] (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda).
2.Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Apabila seseorang dalam keadaan krisis atau menghadapi problem yang sulit kepadanyadapat diajukan pertanyaan bagaimana anda menanggapi keadaan semaacam itu? Bentuk pertanyaan semacam itu membutuhkan jawaban secara kefilsafatan. Problem-problem tersebut ditinjau secara luas, tenang dan mendalam. Tanggapan semacam itu membutuhkan sikap ketenangan, keseimbangan pribadi, mengendalikan diri dan tidak emosional. Sikap dewasa secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua aspek. (Muzairi M,Ag, Filsafat Umum,2009)
3. Filsafat sebagai sebuah metode
Filsafat sebagai sebuah metode, artinya filsafat sebagai cara berfikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan serta pemikiran yang harus hati-hati.Filsafat berupaya untuk memikrkan secara mendalam dan jelas. Metode berfikir semacam itu bersifat inclusive (mencakup secara luas) dan synoptic(secara garis besar). Oleh karena itu kapita selektanya berbeda dengan metode pemikiran yang dilakukan oleh ilmu-ilmu khusus lainnya.
4. Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran
Sejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori-teori atau sistem-sistem pemikiran yang melekat pada nama-nama filsuf besar, seperti Socrates, plato, aristoteles, Thomas aquanes, Spinoza dan lain-lain. Teori tentang kefilsafatan dimunculkan oleh masing-masing filsuf sehingga konsekuensinya adalah kesulitan yang menjadi jawaban dari hal-hal tentang system dan teori yang baku dalam ilmu filsafat itu sendiri.
Suatu istilah dalam pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa hal itu adalah tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai sesuatu filsafat. Para filsuf analitika, seperti G.E More, B. Russell, L.Wittgenstein,G.Ryle J.L. Austin dan yang lainnya mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupam sehari-hari. Mereka mengatakan bahwa bahasa merupakan laboraturium para filsuf, yaitu tempat menyamai dan mengembangkan ide-ide karena bahasa adalah sebuah doktrin atau sebuah ungkapan yang mengacu pada arti serta kesimpulan yang telah ada.
Menganalisis berarti menetapkan arti secara tepat dan memahami terdapatnya korelasi di antara arti-arti tersebut misalnya, kata ada pada ketuhanan apabila dianalisis ternyata mengandung nuansa arti. Apakah adanya manusia sama dengan adanya tuhan ? kalau dikatakan kapal itu ada, apakah sama dengan adanya manusia? Dengan demikian, kata ada dapat berarti ada dalam ruang waktu, ada secara transendental dan ada dalam pikiran atau mungkin ada. Ranah ini merupakan ranah rasio yang mencoba untuk menganalogikan analisis logika berfikir filsafat. (Muzairi, M,Ag. Filsafat Umum, 2009)
Berkaitan dengan ilmu, maka filsafat mempelajari makna dan menentukan hubungan diantara konsep-konsep yang dipakai setiap ilmu atau metode keilmuan (scientific method). Misalnya, tantang agama yang konsep dasarnya adalah substansi dari agama(suatu hal yang diyakini). Dan meniliti tentang apa yang diyakini dalam bentuk konkret[2]
B. Fungsi Filsafat
Filsfat dapat membantu menempatkan bidang ilmiyah dalam perspektif yang lebih luas. Selain itu kita bisa lebih mengerti tentang kehiupan ini. Orang yang memilki banyak pemahaman tentang ilmu filsafat kerap kali lebih baik memahami tentang suatu hal. Filsafat sebagai proses pencerahan yang memilki metode berfikir yang sitematis dan empiris, memecahkan suatu masalah dan mencari jawaban dengan cara tersebut. Lebih jauh lagi sedikit berfilsafat berarti berfikir mencari kebenaran. Dalam islam kebenaran itu telah ada, jadi mencari kebenaran disini lebih diartikan berusaha mendapatkan kebenaran yang telah ada. Sudah jelas bahwa fungsi dari pemikiran ialah untuk mencari kebenaran, tetapi tidak semua perbuatan berfikir itu filsafat, bisa dikatakan berfilsafat apa bila mencakup beberapa karakteristik di bawah ini ;
a. Sistematis artinya secara teratur menurut metode ilmiah.
b. Radikal artinya konsekuen sampai ke akar-akarnya, dengan pembuktian yang rasional dan dapat dipertanggaung jawabkan.
c. Objektif artinya tidak ada ikut campur pemikiran dari hal lain yang bersifat subjektif, jadi objek kajian dapat di pertanggung jawabkan ke otentikannya
d. Universal artinya pemikiran filsafat menyangkutpengalaman umum manusia,
e. Konseptual artinya hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, misalnya: apakah kebeasan itu?
f. Komprehensif artinya mencakup atau menyeluruh, berfikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
C. Pengertian agama
Membicarakan agama dari dari dimensi pengertiannya, agama suatu kumpulan peraturan yang diciptakan oleh tuhan untuk menuntun para umat menuju jalan kebenaran yang cukup kabur dalam tatanan hidup model sekarang[3]. Agama juga merupakan suatu hal yang diyakini benar oleh setiap insan yang bersifat turun-temurun dengan bukti beberapa kutipan sejarah yang tidak dapat dibantah dalam fakta yang fundamental. Sesungguhnya membahas tentang agama bukanlah suatu hal yang mudah dan gampang seperti menerbangkan sebuah layang-layang. Agama dapat melahirkan bermacam-macam definisi. Oleh sebab itu, supaya kita dapat mempunyai pengertian yang luas, dalam diskursus keagamaan kontemporer dijelaskan bahwa agama ternyata multimeanings, dan bukan lagi seperti orang dahulu memahaminya yakni hanya semat-mata terkait dengan persoalan ketuhanan, kepercayaan, keimanan, pedoman hidup dan seterusnya hal ini merupakan pemahaman yang sangat sempit sekali. (Prof. Dr. Anwar Rosihon, M.Ag dkk, Pengantar Studi Islam,; 2009)
Menyikapi persoalan diatas selanjutnya, mukti ali mengatakan, “ barang kali tidak ada kata yang paling sulit untuk diartikan selain kata agama”, karena agama adalah persoalan yang melibatkan batin, dan tidak ada orang yang semangat dan emosional dari pada orang yang membicarakan agama. Konsep agama juga dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan definisi. Dalam masyarakat kita selain kata agama juga dikenal kata ad-din, yang berasal dari bahasa arab dan religi, berasal dari bahasa eropa.[4]Salain ciri dan sifat konvensionalnya, yang memang mengasumsikan bahwa persoalan keagamaan hanya spesifik dalam persoalan ketuhanan, namun agama ternyata memilki relevansi yang cukup signifikan dengan persoalan historis cultural yang juga merupakan keniscayaan manusiawi belaka.
Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan(etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah dari pada mengartikan dari dimensi istilah. Hal tersebut karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektif dari yang mengartikan.[5] Atas dasar ini tidak mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik dalam mendefinisikan agama.
Agama lebih-lebih teologi tidak lagi terbatas hanya sekedar menerangkan hablumminallah tetapi juga habblumminannas, tidak terelakkan jika melibatkan kesadaran berkelompok atau(sosiologis), kesadaran pencarian asal usul agama(antropologis) pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kepribadian yang berlandasan dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai etika sosial yang fundamental, agama juga dapat didekati secara filosofis. Dari hal itu tampak bahwa fenomena agama memang perlu didekati secara multidimensional approaches.
D. Fungsi Agama
Dari pengertian diatas sebenarnya sudah cukup tergambar tentang fungsi agama, jadi point ini penulis menarik kembali agama dari sudut fungsi untuk merperjelas dalam esensi implementasi yang realistis. Berdasarkan perjalanan sejarahnya, jelaslah bahwa manusia membutuhkan bimbingan dan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk meraih kebahagiaan hidup jasmani dan rohani, dunia dan akhirat ini merupakan kebutuhan pokok batiniyah manusia yang selalu butuh bimbingan karena pada awal lahirnya manusia kemuka jagad raya ini manusia tidak tau apa-apa. Untuk itu, disamping akal, Tuhan juga memberikan anugerah lain kepada manusia sebagai pembimbing gerak akal yaitu Agama. Dalam konsep inilah, dibentangkan konsep yang tegas dan jelas tentang makna hidup dan kehidupan itu, dari mana dan kemana arah tujuannya, serta apa dan siapakah manusia itu yang sebenarnya.( Drs. Abdullah Amin, Studi Agama,2004)
Agama datang menjadi pelengkap dan memiliki fungsi yang universal dalam aspek kehidupan yaitu mengatur dan memberikan petunjuk dalam mencapai derajat yang tinggi dalam aturan serta normatif. Selain bersifat universal, agama juga bersifat individual, oleh sebab itu agama juga berfungsi untuk memelihara dan mengontrol interaksi sosial dalam setiap diri manusia yang beragama. Sungguh mengherankan bila seseorang beragama tetapi perilakunya tidak mencerminkan nilai-nilai agama yang dia miliki[6].
E. Makna Keindahan
keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, menarik,benar dan sebagainya. Sesuatu yang memmiliki sifat indah ialah segala hasil seni, meskipun tidak semua hasil karya dan cipta yang berupa seni itu indah. Keindahan bagi manusia bersifat luas, seluas keragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan tekhnologi dan sosial, serta budaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keindahan bagian dari hidup manusia. Dimanapun, kapanpun, dan siapapun dapat menikmati yang namanya keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama, yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang semakin bertambah. Sesuatu hal yang pada dasarnya tidak mengandung kebenaran berarti tidak ada nilai keindahannya. Keindahan bersifat universal artinya tidak terikat oleh selera atau latar belakang setiap individu, waktu dan tempat, mode kedaerahan atau lokal.
Berbicara tentang keindahan, kita harus kembali jauh ke pada sejarah, yaitu zaman yunani kuno pada abad ke-18 pengertian keindahan ini telah di interpretasikan sehingga melahirkan pengertian yang luas. Menurut luasnya, keindahan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yakni dalam arti luas, dalam arti estetika murni, dan dalam arti terbatas yang hubungannya dengan pengelihatan. Keindahan dalam arti luas mengandung arti ide kebaikan,watak, pikiran, pendapat, dan sebagainya. Keindahan dalam arti estetik disebut symetria. Jadi pngertian keindahan seluas-luasnya meliputi ilustrasi seni,alam, moral, dan intelektual.
Keindahan pada dasarnya adalah alamiyah, sedangkan alam adalah ciptaan Tuhan. Alamiyah memiliki arti wajar, tidak berlebihan dan juga kurang. Kalau wanita dalam lukisan lebih cantik dari pada daripada keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Dan bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah dengan meluap-luap padahal hanya kesalahan kecil, atau kehilangan sesuatu yang tidak berharga, kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiyah.
Keindahan dalam arti estetika murni mencakup pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Karena mencakup realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karna terdapat dalam jiwa manusia bukan terdapat pada bendanya itu sendiri. Ada yang membedakan antara nilai subjektif dan objektif, tetapi penggolongan yang penting adalah nilai enstrinsik(sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana bagi hal lainnya) dan nilai intrinsik(sifat yang baik dari benda yang bersangkutan, sebagai tujuan demi kepentingan benda itu sendiri).
Keindahan dalam arti terbatas, yaitu berupa keindahan bentuk dan warna, dalam artian keindahan ini adalah keindahan yang datang dari wujud benda yang tampak oleh panca indera yang menangkapnya, hal ini kemudian yang mampu mengidentifikasi sebuah penghayatan ilmu. Karakteristik keindahan menyangkut kualita hakiki yang mengandung kesatuan(unity), keselarasan,keseimbangan, dan pertengtangan. Dari ciri-ciri ini dapat dikatakan bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan garis, warna, bentuk, nada, dan juga kata-kata.[7] Definisi keindahan sangatlah luas, sehingga dalam estetika modern orang cenderung lebih suka membicarakan seni dan estetika karena hal itu merupakan gejala konkret yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian sistematis.(Drs. Mawardi- Ir. Nur Hidayati, Iad,Isd,Ibd, ; 2009)
F. Hubungan Filsafat, Agama Dan Keindahan
Mengenai filsafat, al kindi berpendapat bahwa antara agama dan filsafat tidak terjadi pertentang hal ini menjadi hal pokok yang dapat kita renungkan. Ilmu tauhid atau teologi adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran (hakikat) tentang sesuatu dengan metode berfikir yang realistis. Berbicara tentang hakikat agama dalam kefilsafatan terdapat tingkatan, yaitu hakikat pertama adalah tuhan,(Al- haqq Al-Awwal). Dan dia juga membicarakan soal jiwa(al nafs, soul) dan akal.
Dalam kaitan yang cukup ketat dalam nuansa substansi keduanya akan tersingkap tentang kenbenaran agama yang ditarik dari nilai filsafat. Sehingga pencerahan dan keyakinan terus –menerus teralir dalam hati setiap manusia. Filsafat melalui penghayatan hadirnya hakikat pertama melahirkan keindahan yang abstrak tetapi mampu membangun nilai-nilai yang konkrit dalam pengamalannya, filsafat dan agama merupakan metode yang berfondasikan tanpa keraguan-raguan,pada dimensi ini merupakan ruang berfikir yang ilhamiyah[8]. Agama dalam kefilsatan adalah kode moral, dan sistem kemasyarakatan yang mengatur aturan-aturan yang mengatur pribadi seseorang, dalam setiap kepribadian ini lebih mnyempitkan terhadap individuasi, hal inilah yang mencegah terjadinya kejenuhan yang hilang karena keindahan yang berawal dari kontraksi pemikiran dan hati yang melahirkan kebenaran yang sensasional.
Agama dalam falsafah adalah sebuah keindahan karena agama di bangun dari dasar dan nilai-nilai kebenaran yang tidak dapar dibantah lagi dengan adanya Al- Qur’an, dengan adanya al-Qur’an inilah yang melatar belakangi timbulnya sebuah petunjuk adanya substansi tentang kehidupan manusia dimuka bumi ini. Dengan demikian agama adalah hal terpenting dalam melestarikan kehidupan, sedangkan dalam korelasi filsafat yang diartikan mencintai, teman, bijaksana, dan kebijksanaan, agama adalah teman yang bijaksana dan menyenangkan, kebijaksanaan merupakan sebuah kebenaran normalitas dalam interaksi sosial yang dibangun oleh peradaban adat-istiadat dalam suatu lokalitas masyarakat,
Dari pembahasan diatas yang cukup simple, dapat kita ketahui bahwa hubungan antara, filsafat,agama dan keindahan adalah satuan terpisah tetapi menyatu dalam makna dan selaras dalam tujuan serta implementasinya dalam menggapai sebuah kebenaran yang sebenarnya dalam kehidupan. Karena mendalami agama melalui ilmu filsafat adalah hal yang menarik dan akan menemukan esensi agama dengan metode berfikir kefilsafatan.
Kemudian kita akan terhanyut jauh ketitik tertinggi dalam hidup ini, sebab ketika hakikat mulai terbuka dengan filsafat, keindahan semakin mengirirngi, mendukung untuk menuju titik yang lebih tinggi lagi sehigga terciptalah apa yang kita hayati adalah sebuah realitas pribadi yang menjadi penuntun kejalan yang terus indah penuh kebijaksanaan sesuai arti dari filsafat. Ketika agama telah menjadi keindahan pada fase ini akan membentuk suatu tatanan menarik siapa saja yang memasukinya dan pula akan membentuk karakter karena suatu pembiasaan yang permanen pada setiap nilai dan aturan yang diamalkan dan ini merupakan kontraksi agama, filasafat dan keindahan yang telah dibahas dari sejak point pertama.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami sajikan diatas dapat disimpulkan bahwa agama merupakan sebuah warisan yang turun-temurun dari nenek moyang kita. Dan hal tersebut tetap dipegang teguh dengan rasa cinta yang tulus dan ikhlas, sedangakan filsafat adalah sebuah ilmu yang memiliki cakupan yang cukup luas(mother of science), sehingga agama juga menjadi sub menu dalam kajiannya,
Keindahan adalah kebenaran karena pada hakikatya kebenaran itu yang akan membawa titik dan makna yang sesuai esensi dari emanasi Al haq, yang hal ini datang dari dimensi agama dalam falsafah,
Hubungan antara agama, filsafat, dan keindahan merupakan satuan makna yang terpisah secara bahasa, yang sebenarnya tidak memilki pertentangan, bahkan semuanya mendukung dalam menghadirkan Ultimate reality, sehingga keragu-raguan akan hilang secara perlahan dengan pemahaman tanpa hijab tentang agama yang dalam filsafat adalah sebuah keindahan murni.
Dengan adanya keterkaitan semacam ini, bila kita mengikuti amar Kalamullah yaitu Tafakkaru fii kholqillah akan semakin menanamkan dan merekonstruksi kembali nilai-nilai serta paradigma yang hampir terkikis oleh the agony modernization
A. SARAN-SARAN
Kehidupan ini adalah wadah atau lahan menguji mental dan intelektual, dari sejak awal perubahan kiblat pemikiran dari budaya,sosial, bahkan peribadahan, kita harus mampu berfikir dan mengolah terlebih dulu yang kita tangkap melalui panca indra sebelum semuanya kita telan dan berwujud virus, bersifat perusak dalam organ keimanan yang akan menjadi penyesalan dalam akhir kejadian.
“Jangan sampai fikiran merajai nafsu” ini adalah taming pertama dalam jenjang pemikiran memilih sesuatu yang indah dan benar sesuai tuntunan yang telah menjadi prinsip hidup beragama yang berlandaskan syari’at
Bagi para pembaca umumnya, jangan merasa malas untuk membaca, apapun itu, karena membaca adalah pengiring pertma menuju ridho-Nya.
Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya. Karena itu titik tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis. Tinjauan secara etimologis adalah membahas sesuatu istilah atau kata dari segi asal-usul kata itu.
1.Dari segi etimologi
Istilah filsafat dalam bahasa indonesia memiliki padam kata falsafah (arab), philosophy (inggris), philosophia (latin) dan philosophie (jerman, belanda dan perancis). Semua istilah itu bersumber pada istilah yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya, istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan Sophia berarti kebijaksanaan.
Ada dua arti secara etimologi yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan Sophia, artinya adalah teman kebijaksanaan[1] (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda).
2.Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Apabila seseorang dalam keadaan krisis atau menghadapi problem yang sulit kepadanyadapat diajukan pertanyaan bagaimana anda menanggapi keadaan semaacam itu? Bentuk pertanyaan semacam itu membutuhkan jawaban secara kefilsafatan. Problem-problem tersebut ditinjau secara luas, tenang dan mendalam. Tanggapan semacam itu membutuhkan sikap ketenangan, keseimbangan pribadi, mengendalikan diri dan tidak emosional. Sikap dewasa secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua aspek. (Muzairi M,Ag, Filsafat Umum,2009)
3. Filsafat sebagai sebuah metode
Filsafat sebagai sebuah metode, artinya filsafat sebagai cara berfikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunakan alasan serta pemikiran yang harus hati-hati.Filsafat berupaya untuk memikrkan secara mendalam dan jelas. Metode berfikir semacam itu bersifat inclusive (mencakup secara luas) dan synoptic(secara garis besar). Oleh karena itu kapita selektanya berbeda dengan metode pemikiran yang dilakukan oleh ilmu-ilmu khusus lainnya.
4. Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran
Sejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori-teori atau sistem-sistem pemikiran yang melekat pada nama-nama filsuf besar, seperti Socrates, plato, aristoteles, Thomas aquanes, Spinoza dan lain-lain. Teori tentang kefilsafatan dimunculkan oleh masing-masing filsuf sehingga konsekuensinya adalah kesulitan yang menjadi jawaban dari hal-hal tentang system dan teori yang baku dalam ilmu filsafat itu sendiri.
Suatu istilah dalam pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa hal itu adalah tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai sesuatu filsafat. Para filsuf analitika, seperti G.E More, B. Russell, L.Wittgenstein,G.Ryle J.L. Austin dan yang lainnya mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupam sehari-hari. Mereka mengatakan bahwa bahasa merupakan laboraturium para filsuf, yaitu tempat menyamai dan mengembangkan ide-ide karena bahasa adalah sebuah doktrin atau sebuah ungkapan yang mengacu pada arti serta kesimpulan yang telah ada.
Menganalisis berarti menetapkan arti secara tepat dan memahami terdapatnya korelasi di antara arti-arti tersebut misalnya, kata ada pada ketuhanan apabila dianalisis ternyata mengandung nuansa arti. Apakah adanya manusia sama dengan adanya tuhan ? kalau dikatakan kapal itu ada, apakah sama dengan adanya manusia? Dengan demikian, kata ada dapat berarti ada dalam ruang waktu, ada secara transendental dan ada dalam pikiran atau mungkin ada. Ranah ini merupakan ranah rasio yang mencoba untuk menganalogikan analisis logika berfikir filsafat. (Muzairi, M,Ag. Filsafat Umum, 2009)
Berkaitan dengan ilmu, maka filsafat mempelajari makna dan menentukan hubungan diantara konsep-konsep yang dipakai setiap ilmu atau metode keilmuan (scientific method). Misalnya, tantang agama yang konsep dasarnya adalah substansi dari agama(suatu hal yang diyakini). Dan meniliti tentang apa yang diyakini dalam bentuk konkret[2]
B. Fungsi Filsafat
Filsfat dapat membantu menempatkan bidang ilmiyah dalam perspektif yang lebih luas. Selain itu kita bisa lebih mengerti tentang kehiupan ini. Orang yang memilki banyak pemahaman tentang ilmu filsafat kerap kali lebih baik memahami tentang suatu hal. Filsafat sebagai proses pencerahan yang memilki metode berfikir yang sitematis dan empiris, memecahkan suatu masalah dan mencari jawaban dengan cara tersebut. Lebih jauh lagi sedikit berfilsafat berarti berfikir mencari kebenaran. Dalam islam kebenaran itu telah ada, jadi mencari kebenaran disini lebih diartikan berusaha mendapatkan kebenaran yang telah ada. Sudah jelas bahwa fungsi dari pemikiran ialah untuk mencari kebenaran, tetapi tidak semua perbuatan berfikir itu filsafat, bisa dikatakan berfilsafat apa bila mencakup beberapa karakteristik di bawah ini ;
a. Sistematis artinya secara teratur menurut metode ilmiah.
b. Radikal artinya konsekuen sampai ke akar-akarnya, dengan pembuktian yang rasional dan dapat dipertanggaung jawabkan.
c. Objektif artinya tidak ada ikut campur pemikiran dari hal lain yang bersifat subjektif, jadi objek kajian dapat di pertanggung jawabkan ke otentikannya
d. Universal artinya pemikiran filsafat menyangkutpengalaman umum manusia,
e. Konseptual artinya hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, misalnya: apakah kebeasan itu?
f. Komprehensif artinya mencakup atau menyeluruh, berfikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
C. Pengertian agama
Membicarakan agama dari dari dimensi pengertiannya, agama suatu kumpulan peraturan yang diciptakan oleh tuhan untuk menuntun para umat menuju jalan kebenaran yang cukup kabur dalam tatanan hidup model sekarang[3]. Agama juga merupakan suatu hal yang diyakini benar oleh setiap insan yang bersifat turun-temurun dengan bukti beberapa kutipan sejarah yang tidak dapat dibantah dalam fakta yang fundamental. Sesungguhnya membahas tentang agama bukanlah suatu hal yang mudah dan gampang seperti menerbangkan sebuah layang-layang. Agama dapat melahirkan bermacam-macam definisi. Oleh sebab itu, supaya kita dapat mempunyai pengertian yang luas, dalam diskursus keagamaan kontemporer dijelaskan bahwa agama ternyata multimeanings, dan bukan lagi seperti orang dahulu memahaminya yakni hanya semat-mata terkait dengan persoalan ketuhanan, kepercayaan, keimanan, pedoman hidup dan seterusnya hal ini merupakan pemahaman yang sangat sempit sekali. (Prof. Dr. Anwar Rosihon, M.Ag dkk, Pengantar Studi Islam,; 2009)
Menyikapi persoalan diatas selanjutnya, mukti ali mengatakan, “ barang kali tidak ada kata yang paling sulit untuk diartikan selain kata agama”, karena agama adalah persoalan yang melibatkan batin, dan tidak ada orang yang semangat dan emosional dari pada orang yang membicarakan agama. Konsep agama juga dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan definisi. Dalam masyarakat kita selain kata agama juga dikenal kata ad-din, yang berasal dari bahasa arab dan religi, berasal dari bahasa eropa.[4]Salain ciri dan sifat konvensionalnya, yang memang mengasumsikan bahwa persoalan keagamaan hanya spesifik dalam persoalan ketuhanan, namun agama ternyata memilki relevansi yang cukup signifikan dengan persoalan historis cultural yang juga merupakan keniscayaan manusiawi belaka.
Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan(etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah dari pada mengartikan dari dimensi istilah. Hal tersebut karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektif dari yang mengartikan.[5] Atas dasar ini tidak mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik dalam mendefinisikan agama.
Agama lebih-lebih teologi tidak lagi terbatas hanya sekedar menerangkan hablumminallah tetapi juga habblumminannas, tidak terelakkan jika melibatkan kesadaran berkelompok atau(sosiologis), kesadaran pencarian asal usul agama(antropologis) pemenuhan kebutuhan untuk membentuk kepribadian yang berlandasan dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hubungannya dengan nilai-nilai etika sosial yang fundamental, agama juga dapat didekati secara filosofis. Dari hal itu tampak bahwa fenomena agama memang perlu didekati secara multidimensional approaches.
D. Fungsi Agama
Dari pengertian diatas sebenarnya sudah cukup tergambar tentang fungsi agama, jadi point ini penulis menarik kembali agama dari sudut fungsi untuk merperjelas dalam esensi implementasi yang realistis. Berdasarkan perjalanan sejarahnya, jelaslah bahwa manusia membutuhkan bimbingan dan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk meraih kebahagiaan hidup jasmani dan rohani, dunia dan akhirat ini merupakan kebutuhan pokok batiniyah manusia yang selalu butuh bimbingan karena pada awal lahirnya manusia kemuka jagad raya ini manusia tidak tau apa-apa. Untuk itu, disamping akal, Tuhan juga memberikan anugerah lain kepada manusia sebagai pembimbing gerak akal yaitu Agama. Dalam konsep inilah, dibentangkan konsep yang tegas dan jelas tentang makna hidup dan kehidupan itu, dari mana dan kemana arah tujuannya, serta apa dan siapakah manusia itu yang sebenarnya.( Drs. Abdullah Amin, Studi Agama,2004)
Agama datang menjadi pelengkap dan memiliki fungsi yang universal dalam aspek kehidupan yaitu mengatur dan memberikan petunjuk dalam mencapai derajat yang tinggi dalam aturan serta normatif. Selain bersifat universal, agama juga bersifat individual, oleh sebab itu agama juga berfungsi untuk memelihara dan mengontrol interaksi sosial dalam setiap diri manusia yang beragama. Sungguh mengherankan bila seseorang beragama tetapi perilakunya tidak mencerminkan nilai-nilai agama yang dia miliki[6].
E. Makna Keindahan
keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, menarik,benar dan sebagainya. Sesuatu yang memmiliki sifat indah ialah segala hasil seni, meskipun tidak semua hasil karya dan cipta yang berupa seni itu indah. Keindahan bagi manusia bersifat luas, seluas keragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan tekhnologi dan sosial, serta budaya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keindahan bagian dari hidup manusia. Dimanapun, kapanpun, dan siapapun dapat menikmati yang namanya keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama, yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang semakin bertambah. Sesuatu hal yang pada dasarnya tidak mengandung kebenaran berarti tidak ada nilai keindahannya. Keindahan bersifat universal artinya tidak terikat oleh selera atau latar belakang setiap individu, waktu dan tempat, mode kedaerahan atau lokal.
Berbicara tentang keindahan, kita harus kembali jauh ke pada sejarah, yaitu zaman yunani kuno pada abad ke-18 pengertian keindahan ini telah di interpretasikan sehingga melahirkan pengertian yang luas. Menurut luasnya, keindahan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yakni dalam arti luas, dalam arti estetika murni, dan dalam arti terbatas yang hubungannya dengan pengelihatan. Keindahan dalam arti luas mengandung arti ide kebaikan,watak, pikiran, pendapat, dan sebagainya. Keindahan dalam arti estetik disebut symetria. Jadi pngertian keindahan seluas-luasnya meliputi ilustrasi seni,alam, moral, dan intelektual.
Keindahan pada dasarnya adalah alamiyah, sedangkan alam adalah ciptaan Tuhan. Alamiyah memiliki arti wajar, tidak berlebihan dan juga kurang. Kalau wanita dalam lukisan lebih cantik dari pada daripada keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Dan bila ada pemain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah dengan meluap-luap padahal hanya kesalahan kecil, atau kehilangan sesuatu yang tidak berharga, kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiyah.
Keindahan dalam arti estetika murni mencakup pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Karena mencakup realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karna terdapat dalam jiwa manusia bukan terdapat pada bendanya itu sendiri. Ada yang membedakan antara nilai subjektif dan objektif, tetapi penggolongan yang penting adalah nilai enstrinsik(sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana bagi hal lainnya) dan nilai intrinsik(sifat yang baik dari benda yang bersangkutan, sebagai tujuan demi kepentingan benda itu sendiri).
Keindahan dalam arti terbatas, yaitu berupa keindahan bentuk dan warna, dalam artian keindahan ini adalah keindahan yang datang dari wujud benda yang tampak oleh panca indera yang menangkapnya, hal ini kemudian yang mampu mengidentifikasi sebuah penghayatan ilmu. Karakteristik keindahan menyangkut kualita hakiki yang mengandung kesatuan(unity), keselarasan,keseimbangan, dan pertengtangan. Dari ciri-ciri ini dapat dikatakan bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan garis, warna, bentuk, nada, dan juga kata-kata.[7] Definisi keindahan sangatlah luas, sehingga dalam estetika modern orang cenderung lebih suka membicarakan seni dan estetika karena hal itu merupakan gejala konkret yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian sistematis.(Drs. Mawardi- Ir. Nur Hidayati, Iad,Isd,Ibd, ; 2009)
F. Hubungan Filsafat, Agama Dan Keindahan
Mengenai filsafat, al kindi berpendapat bahwa antara agama dan filsafat tidak terjadi pertentang hal ini menjadi hal pokok yang dapat kita renungkan. Ilmu tauhid atau teologi adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran (hakikat) tentang sesuatu dengan metode berfikir yang realistis. Berbicara tentang hakikat agama dalam kefilsafatan terdapat tingkatan, yaitu hakikat pertama adalah tuhan,(Al- haqq Al-Awwal). Dan dia juga membicarakan soal jiwa(al nafs, soul) dan akal.
Dalam kaitan yang cukup ketat dalam nuansa substansi keduanya akan tersingkap tentang kenbenaran agama yang ditarik dari nilai filsafat. Sehingga pencerahan dan keyakinan terus –menerus teralir dalam hati setiap manusia. Filsafat melalui penghayatan hadirnya hakikat pertama melahirkan keindahan yang abstrak tetapi mampu membangun nilai-nilai yang konkrit dalam pengamalannya, filsafat dan agama merupakan metode yang berfondasikan tanpa keraguan-raguan,pada dimensi ini merupakan ruang berfikir yang ilhamiyah[8]. Agama dalam kefilsatan adalah kode moral, dan sistem kemasyarakatan yang mengatur aturan-aturan yang mengatur pribadi seseorang, dalam setiap kepribadian ini lebih mnyempitkan terhadap individuasi, hal inilah yang mencegah terjadinya kejenuhan yang hilang karena keindahan yang berawal dari kontraksi pemikiran dan hati yang melahirkan kebenaran yang sensasional.
Agama dalam falsafah adalah sebuah keindahan karena agama di bangun dari dasar dan nilai-nilai kebenaran yang tidak dapar dibantah lagi dengan adanya Al- Qur’an, dengan adanya al-Qur’an inilah yang melatar belakangi timbulnya sebuah petunjuk adanya substansi tentang kehidupan manusia dimuka bumi ini. Dengan demikian agama adalah hal terpenting dalam melestarikan kehidupan, sedangkan dalam korelasi filsafat yang diartikan mencintai, teman, bijaksana, dan kebijksanaan, agama adalah teman yang bijaksana dan menyenangkan, kebijaksanaan merupakan sebuah kebenaran normalitas dalam interaksi sosial yang dibangun oleh peradaban adat-istiadat dalam suatu lokalitas masyarakat,
Dari pembahasan diatas yang cukup simple, dapat kita ketahui bahwa hubungan antara, filsafat,agama dan keindahan adalah satuan terpisah tetapi menyatu dalam makna dan selaras dalam tujuan serta implementasinya dalam menggapai sebuah kebenaran yang sebenarnya dalam kehidupan. Karena mendalami agama melalui ilmu filsafat adalah hal yang menarik dan akan menemukan esensi agama dengan metode berfikir kefilsafatan.
Kemudian kita akan terhanyut jauh ketitik tertinggi dalam hidup ini, sebab ketika hakikat mulai terbuka dengan filsafat, keindahan semakin mengirirngi, mendukung untuk menuju titik yang lebih tinggi lagi sehigga terciptalah apa yang kita hayati adalah sebuah realitas pribadi yang menjadi penuntun kejalan yang terus indah penuh kebijaksanaan sesuai arti dari filsafat. Ketika agama telah menjadi keindahan pada fase ini akan membentuk suatu tatanan menarik siapa saja yang memasukinya dan pula akan membentuk karakter karena suatu pembiasaan yang permanen pada setiap nilai dan aturan yang diamalkan dan ini merupakan kontraksi agama, filasafat dan keindahan yang telah dibahas dari sejak point pertama.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah kami sajikan diatas dapat disimpulkan bahwa agama merupakan sebuah warisan yang turun-temurun dari nenek moyang kita. Dan hal tersebut tetap dipegang teguh dengan rasa cinta yang tulus dan ikhlas, sedangakan filsafat adalah sebuah ilmu yang memiliki cakupan yang cukup luas(mother of science), sehingga agama juga menjadi sub menu dalam kajiannya,
Keindahan adalah kebenaran karena pada hakikatya kebenaran itu yang akan membawa titik dan makna yang sesuai esensi dari emanasi Al haq, yang hal ini datang dari dimensi agama dalam falsafah,
Hubungan antara agama, filsafat, dan keindahan merupakan satuan makna yang terpisah secara bahasa, yang sebenarnya tidak memilki pertentangan, bahkan semuanya mendukung dalam menghadirkan Ultimate reality, sehingga keragu-raguan akan hilang secara perlahan dengan pemahaman tanpa hijab tentang agama yang dalam filsafat adalah sebuah keindahan murni.
Dengan adanya keterkaitan semacam ini, bila kita mengikuti amar Kalamullah yaitu Tafakkaru fii kholqillah akan semakin menanamkan dan merekonstruksi kembali nilai-nilai serta paradigma yang hampir terkikis oleh the agony modernization
A. SARAN-SARAN
Kehidupan ini adalah wadah atau lahan menguji mental dan intelektual, dari sejak awal perubahan kiblat pemikiran dari budaya,sosial, bahkan peribadahan, kita harus mampu berfikir dan mengolah terlebih dulu yang kita tangkap melalui panca indra sebelum semuanya kita telan dan berwujud virus, bersifat perusak dalam organ keimanan yang akan menjadi penyesalan dalam akhir kejadian.
“Jangan sampai fikiran merajai nafsu” ini adalah taming pertama dalam jenjang pemikiran memilih sesuatu yang indah dan benar sesuai tuntunan yang telah menjadi prinsip hidup beragama yang berlandaskan syari’at
Bagi para pembaca umumnya, jangan merasa malas untuk membaca, apapun itu, karena membaca adalah pengiring pertma menuju ridho-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Abdullah Amin, Studi Agama, cet. ke empat 2004.
Nasution Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspek, cet, ke lima 1985.
Prof. Dr. Anwar Rosihon, M.Ag dkk, Penganat Studi Islam, Badung: Pustaka Setia, cet, ke satu. 2009.
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, cet, ke satu. 2009.
Drs. Mawardi, dkk,Iad,Isd,Ibd, Bandung: Pustaka Setia, cet, ke enam. 2009.
A. Mukti Ali, Universitas dan Pembangunan, IKIP Badung, Bandung, 1971
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah-Sejarah Agama, Rajawali press, Jakarta, 1996
[1] Muzairi, M.Ag. Filsafat Umum, cet.1, hlm.7
[2] Muzairi M,Ag Filsafat Umum, cet.1, hlm 8
[3] Ahmad hasby Assiddiqy, Pendidikan Islam, hlm. 15
[4] Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama. Rajawali press, Jakarta, 1996, hlm. 2.
[6] Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah-Sejarah Agama, hlm. 75
[7] Drs. Mawardi dkk, IAD,IBD,ISD, cet. VI bandung 2000 hlm. 161
[8] Al kindi ilmuan terkemuka pada zamannya. Dikutip dari Islam Dari Semua Aspek, harun nasution hlm. 47.
Nasution Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspek, cet, ke lima 1985.
Prof. Dr. Anwar Rosihon, M.Ag dkk, Penganat Studi Islam, Badung: Pustaka Setia, cet, ke satu. 2009.
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, cet, ke satu. 2009.
Drs. Mawardi, dkk,Iad,Isd,Ibd, Bandung: Pustaka Setia, cet, ke enam. 2009.
A. Mukti Ali, Universitas dan Pembangunan, IKIP Badung, Bandung, 1971
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah-Sejarah Agama, Rajawali press, Jakarta, 1996
[1] Muzairi, M.Ag. Filsafat Umum, cet.1, hlm.7
[2] Muzairi M,Ag Filsafat Umum, cet.1, hlm 8
[3] Ahmad hasby Assiddiqy, Pendidikan Islam, hlm. 15
[4] Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama. Rajawali press, Jakarta, 1996, hlm. 2.
[6] Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah-Sejarah Agama, hlm. 75
[7] Drs. Mawardi dkk, IAD,IBD,ISD, cet. VI bandung 2000 hlm. 161
[8] Al kindi ilmuan terkemuka pada zamannya. Dikutip dari Islam Dari Semua Aspek, harun nasution hlm. 47.
Komentar
Posting Komentar