MEREKONSTRUKSI PEMIKIRAN PADA FITRAH DENGAN MERENUNGI NILAI-NILAI AL QUR’AN
Merekonstruksi diartikan membangun kembali pemikiran kita di tengah era yang sangat buas sekali memangsa setiap manusia yang tidak memiliki analisa terhadap dirisendiri, bisa dikatakan kehilngan identitas fitrahnya sebagai jiwa yang suci.
Modernisasi adalah dambaan tetapi juga hambatan dalam kemajuan agama, sebagaimana pendapat penulis yang pernah dikemukakan oleh penulis dalam bukunya “ hidup itu adalah agama, hidup itu adalah modernisasi “ memilih modern adalah meniggalkan agama, beberapa penetang yang sempat membantah pernyataan penulis diatas tetapi hal ini memang benar dari sisi hukum kausalitas.
Mendahulukan style of modern life is blind to learn religion, bersatun adalah keruntuhan dan bercerai dengan modern adalah harapan, kaca kecil sebagai cerminan kita adalah, penyalahgunaan technology, semua dipersibuk oleh dunia dan seisinya,, pertanyaannya mengapa kita tidak punya waktu untuk mengingat Ultimate Reality, yang merupakan power of real world, mengapa kita malah mengingat fikiran, mengingat mata, yang bersinanjung sinar di bawah kesadaran yang sebenarnya tidak pasti untuk IQRA’nya MUHAMMAD, kata kuncinya adalah satu “AL QUR’AN KAU KEMANAKAN “
Siapakah yang sebenarnya melandasi atas datangnya modernisasi, pemikiran apakah malah hasil ijtihad manusia yang malah mampu mendatangkah hukum, contoh lagi bayi tabung. Kebingungan kita memaknai modern kadang pula menyebabkan kita lupa akan DERAJAT tertinggi yaitu al Qur’an dalam hati, abstrak adalah sifat Al-Qur’an relaitas adalah penghayatan dari Al-Qur’an,.
Telah pantaskah bila kita urai adalah manusia yang menjadi dan menjalin cengkerama dengan hal yang tidak jelas dari diary malaikat. Al-QUr’am milik orang yang berbangsa dan berbahasa satu dengan al-Qur’an.. arabkah yang merupakan islam dan yang wajib meyakininya, terus bagaiamana dengan abu jahal yang menjadi kafir dalam dirinya (islam sendiri), bila seperti itu telah jelas bahwa islam adalah untuk yang meyakini dan bukan untuk yang berbangsa dan berbahasa satu dengan Al-Qur’an.
Bagaimanakah kondisi Al-Qur’an yang kita yakini, apakah tinggal keyakinan yang melatari semuanya, atau Al-Qur’an hanya mitos belaka yang mencoba masuk keranah ilmiah? Apakah al –Qur’an hanya dihati, terus dimanakah AL-Qur’an yang harus eksis di dunia, yang menjadi hantu dalam pikiran adalah? Apakah al qur’an memuat modernisasi era, sungguh tiadapun kita berhenti bertnya tanpa kita menyelesaikan pertanyaan yang belum selesai kita maknai dan klita eja dengan dzikir dan fikir yang menciptkan amaliyah yang sholeh, kehidupan malah membingungkan kaum awam dan meresahkan para kaum ulama’ sebagai penerus nabi Muhammad, bagaimana kita ada dimanakah kita ini sebenarnya, ulama’ apa awam. Sebagai bentuk pencerahan terhadap diri kita seendiri maka cukup pantas kita bercermin terhadap realitas yang harus kita ambil konsep dalam dasar syar’ie yang berlaku,
Sungguh memperihatinkan tentang nasib dunia, yang telah menjadikan al qur’an hiasan raga tetapi bukan hati, tidak banyak diantara kita yang telah melupakan al qur’an dan telah jauh meninggalkannya, al qur’an sebagai alternative keselamatan “ selamat dengan al qur’an dan bahagia dengan dosa “ mungkin cukup benar denghan perediksi yang nabi sabdakan dahulu “ bahwa agama datang diperbaiki dan jaya dan akan rusak pada waktunya nanti “ lantas dimanakah kita akaan meletakkan rasa opatimis kita dalam menjalankan semua keresahan menuju khairu ummah.
Sunggguh tergis dan miris, tanpa kondisi perang kita seolah berperang tanpa sadar kita malah dikikis oleh umur yang beraliran amnesia, lupa, lalai, dan sengaja, itukah mungkin ungkapan yang akan kita lontrkan dalam melabrak apa yang tidak kita inginkaan. Dalam waktu yang sama kita mengharap syurga. Menonlak nerakaa hanya dengan harapan tanpa jalan yang jelas menuju singga sana yang kita harapkan itu.
Dengan kesadaran bukanlah sebuah kecukupan dalam menuai iman yang kita inginkan, naluri itu telah ada. Nafsu mampu menyadarinya, tetapi rekonstruksi terhadap pembinaan amaliyah belum ada yang terbukti rekonstruktif.
Komentar
Posting Komentar